Belanda Gelar Konser Musik Klasik & Kampanye Perubahan Iklim Erasmus Huis, kembali menghadirkan pertunjukan musik berkualitas melalui konser klasik bertajuk “Climate Justice in Seasons”, yang diselenggarakan pada Kamis malam, 20 Maret 2025, bertempat di Auditorium Erasmus Huis, Jakarta.
Acara ini merupakan bagian dari kampanye untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai isu perubahan iklim yang kian menjadi perhatian global di abad ke-21.
Konser yang berlangsung dengan khidmat tersebut menampilkan kelompok musik asal Belanda, The Dutch Brewhouse, sebagai penampil utama. Grup musik klasik kontemporer ini beranggotakan tujuh musisi yang dipimpin oleh violinist ternama asal Belanda, Lonneke van Straalen. Dalam penampilan mereka, grup ini menyuguhkan komposisi-komposisi yang merefleksikan kondisi iklim dunia saat ini, dikemas dalam sajian musikal yang estetik dan menyentuh.
Sebagai bentuk kontribusi terhadap kampanye kesadaran iklim, Lonneke van Straalen mengundang dua komponis, yakni Trevor Grahl dan Anne-Maartje Lemereis, untuk menciptakan karya musik yang merepresentasikan dampak perubahan iklim dalam bentuk suara. Kolaborasi ini menghasilkan komposisi eksklusif yang tidak hanya menggugah perasaan, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan kondisi bumi dewasa ini.
Belanda Gelar Konser Musik Klasik
Dalam wawancaranya usai pertunjukan, Straalen menyampaikan harapannya agar melalui karya musik yang mereka tampilkan, masyarakat dapat lebih peka terhadap isu lingkungan. “Melalui konser ini, kami ingin mengajak para pendengar untuk kembali menyoroti kondisi bumi yang sedang menghadapi ancaman perubahan iklim. Harapannya, dari kesadaran ini akan tumbuh upaya bersama dalam mencari solusi atas tantangan tersebut,” ujar Straalen kepada media.
Konser Climate Justice in Seasons dibuka dengan penampilan pianis muda berbakat asal Indonesia, Jennifer Halim. Dalam segmen pembuka ini, Jennifer mempersembahkan sejumlah karya klasik, termasuk komposisi dari maestro asal Jerman, Ludwig van Beethoven. Permainannya yang elegan dan penuh penghayatan mendapat apresiasi tinggi dari para penonton yang hadir.
Menariknya, Jennifer juga tampil berkolaborasi dengan Lonneke van Straalen dalam sebuah duet spesial yang dipersiapkan dalam waktu singkat. Meskipun baru bertemu sehari sebelum konser, keduanya menunjukkan harmoni dan kekompakan dalam membawakan karya dari komponis perempuan asal Belanda, Henriëtte Bosmans.
“Kami baru pertama kali bertemu kemarin. Saat itu kami berpikir, ‘Baik, kita memiliki instrumen-instrumen ini, lalu karya apa yang paling cocok untuk kami bawakan bersama?’. Akhirnya, kami memilih karya dari Henriëtte Bosmans karena memiliki warna yang kuat serta relevan dengan tema konser,” ungkap Jennifer dengan antusias.
Konser ini juga mengambil inspirasi dari komposisi legendaris Four Seasons karya Antonio Vivaldi, yang ditulis pada tahun 1723. Karya ini terbagi dalam empat bagian yang mewakili musim-musim dalam satu tahun, yaitu musim semi (Spring), musim panas (Summer), musim gugur (Autumn), dan musim dingin (Winter).
The Dutch Brewhouse menginterpretasikan karya ini sebagai kerangka untuk menggambarkan dinamika perubahan iklim yang ekstrem dan tidak menentu pada masa kini.
Kampanye Perubahan Iklim
Selain menyuguhkan karya klasik dari Vivaldi, grup musik ini juga membawakan dua komposisi orisinal yang diciptakan secara khusus untuk konser bertema lingkungan ini, yaitu Size karya Trevor Grahl dan Fata Morgana ciptaan Anne-Maartje Lemereis. Kedua karya ini menonjolkan nuansa modern dan eksperimental, namun tetap mengedepankan keindahan struktur musik klasik yang kuat.
Adapun personel yang tergabung dalam The Dutch Brewhouse, selain Lonneke van Straalen sebagai pemimpin ansambel dan pemain utama biola, antara lain Sasha Raikhlina, Laura Kieboom, dan Gijs Kramers sebagai pemain biola, Geneviève Verhage sebagai pemain cello, Wimian Hernandez Reyes sebagai pemain double bass, dan Gijs Idema yang memainkan gitar. Setiap personel menghadirkan karakteristik musikal yang saling melengkapi, menciptakan harmoni yang menawan sepanjang konser.
Konser di Jakarta ini menjadi bagian dari rangkaian tur The Dutch Brewhouse di Indonesia. Sebelum tampil di ibu kota, mereka telah menyambangi dua kota lainnya, yakni Salatiga pada 12 Maret dan Surabaya pada 16 Maret 2025. Seluruh penampilan mereka mendapat sambutan hangat dari penikmat musik klasik di Tanah Air.
Keesokan harinya, tepatnya pada Jumat, 21 Maret 2025, grup musik ini dijadwalkan kembali ke Belanda untuk melanjutkan agenda kegiatan seni mereka di Eropa. Misi mereka tidak hanya memperkenalkan musik klasik kontemporer ke berbagai belahan dunia, tetapi juga membangun kesadaran kolektif mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup melalui pendekatan artistik.
Konser Climate Justice in Seasons menjadi bukti bahwa seni, khususnya musik, dapat berperan penting sebagai medium refleksi dan perubahan sosial. Dengan menggandeng musisi dari dua negara serta menyentuh isu global yang sangat relevan, Erasmus Huis berhasil menciptakan ruang dialog yang penuh makna antara budaya, lingkungan, dan ekspresi artistik.
Kegiatan ini juga sekaligus mempertegas peran aktif Pusat Kebudayaan Belanda dalam menjembatani hubungan kebudayaan antara Indonesia dan Belanda melalui program-program seni yang inklusif, inspiratif, dan berwawasan masa depan.
Baca Juga : Memainkan Dari Musik Tradisional Di MPN Dan Menelusuri Sejarah