Memainkan Dari Musik Tradisional Di MPN Dan Menelusuri Sejarah Gunungsitoli Sebanyak 43 peserta dari Program PPA Gihon melaksanakan kunjungan edukatif ke Museum Pusaka Nias pada hari Jumat, 21 Maret 2025. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai bagian dari upaya memperluas pengetahuan peserta mengenai warisan sejarah dan budaya masyarakat Nias, sekaligus mengenalkan secara langsung seni musik tradisional yang menjadi kekayaan lokal daerah tersebut.
Rombongan peserta tiba di Museum Pusaka Nias dan disambut dengan hangat oleh jajaran staf dan tim edukasi museum. Para peserta selanjutnya diajak untuk mengikuti tur keliling ruang pameran yang menampilkan berbagai koleksi benda bersejarah. Dalam tur tersebut, mereka memperoleh penjelasan mendalam mengenai artefak-artefak peninggalan nenek moyang masyarakat Nias, struktur dan filosofi rumah adat, serta kehidupan sosial masyarakat Nias di masa lampau.
Antusiasme peserta terlihat jelas sepanjang kegiatan berlangsung. Diskusi dan sesi tanya jawab antara peserta dan pemandu museum berlangsung aktif, menunjukkan ketertarikan yang tinggi dari para peserta terhadap informasi budaya dan sejarah yang disampaikan. Interaksi ini menjadikan pengalaman belajar di museum semakin bermakna dan berkesan.
Memainkan Dari Musik Tradisional Di MPN
Kegiatan berlanjut ke sesi pengenalan serta praktik musik tradisional khas Nias. Dalam sesi ini, para peserta diperkenalkan dengan sejumlah alat musik tradisional yang berasal dari daerah tersebut, seperti fondrahi dan aramba. Kedua alat musik ini merupakan instrumen yang memiliki nilai historis dan spiritual bagi masyarakat Nias, sering digunakan dalam upacara adat maupun pertunjukan seni tradisional.
Faozisokhi Laia selaku Konservator Museum Pusaka Nias menjelaskan bahwa para peserta tidak hanya diperkenalkan secara teori, namun juga diberi kesempatan untuk memainkan langsung alat musik tersebut. “Setelah menjelajahi museum, kegiatan dilanjutkan dengan sesi pembelajaran musik tradisional Nias. Para peserta diberikan kesempatan untuk mengenal alat musik khas Nias, seperti fondrahi dan aramba, serta mencoba memainkannya secara langsung. Suasana menjadi semakin seru saat mereka mempraktikkan permainan musik tersebut bersama-sama,” ujar Faozisokhi.
Menurutnya, pembelajaran seni musik tradisional menjadi salah satu metode efektif untuk menanamkan nilai budaya kepada generasi muda. Dengan terlibat secara aktif dalam praktik kebudayaan, diharapkan para peserta mampu memahami esensi dari kearifan lokal serta memiliki semangat untuk ikut serta dalam melestarikannya.
Kunjungan ini tidak hanya bersifat rekreasi edukatif, tetapi juga menjadi momentum penting dalam membangun kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya daerah. Para peserta yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan mengaku mendapatkan wawasan baru yang sebelumnya belum banyak mereka ketahui.
“Kegiatan ini membuka wawasan saya tentang betapa kayanya budaya Nias. Melihat langsung peninggalan sejarah dan mencoba memainkan alat musik tradisional memberi pengalaman yang tak terlupakan,” ujar salah seorang peserta yang mengikuti kegiatan tersebut.
Museum Pusaka Nias sendiri terus menunjukkan komitmennya sebagai pusat edukasi budaya yang terbuka bagi masyarakat umum. Berbagai program kunjungan, pelatihan seni, serta diskusi kebudayaan rutin diadakan dengan tujuan utama memperkenalkan warisan budaya Nias kepada generasi muda dan masyarakat luas.
Menelusuri Sejarah Musik
Dalam beberapa tahun terakhir, museum ini aktif mengembangkan metode pendekatan partisipatif dalam kegiatan pembelajarannya. Pendekatan ini terbukti mampu meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap museum serta menjadikan proses belajar sejarah dan budaya terasa lebih interaktif dan menyenangkan.
Kepala Museum Pusaka Nias menyampaikan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi kedatangan peserta Program PPA Gihon. Menurutnya, kunjungan seperti ini menjadi bagian penting dari proses internalisasi nilai-nilai budaya yang ada di daerah. “Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi generasi muda untuk lebih mengenal dan mencintai budayanya sendiri,” katanya.
Lebih jauh, ia mengungkapkan harapannya agar kunjungan semacam ini dapat dilakukan secara rutin oleh institusi pendidikan, komunitas, maupun organisasi masyarakat lainnya. Dengan semakin banyak pihak yang terlibat, maka upaya pelestarian budaya lokal dapat berjalan lebih luas dan berdampak jangka panjang.
Program PPA Gihon sebagai pihak penyelenggara juga menegaskan komitmennya dalam mendukung kegiatan yang berorientasi pada penguatan karakter dan pemahaman budaya lokal. Melalui kunjungan ke Museum Pusaka Nias, pihak program berharap dapat menumbuhkan rasa kebanggaan akan budaya bangsa sekaligus menanamkan semangat cinta tanah air kepada seluruh peserta.
Baca Juga : Menekraf Dukung Gelaran Musik Demi Lapangan Kerja Berkualitas
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan peserta tidak hanya memperoleh pengetahuan teoretis, tetapi juga pengalaman langsung yang memperkaya perspektif mereka terhadap pentingnya merawat dan menghormati warisan budaya leluhur. Hal ini penting dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga peka terhadap nilai-nilai budaya bangsa.
Sebagai penutup, kunjungan Program PPA Gihon ke Museum Pusaka Nias pada Jumat, 21 Maret 2025, menjadi langkah nyata dalam mengembangkan edukasi berbasis budaya yang menyenangkan dan bermakna. Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk menjadikan museum dan situs sejarah sebagai bagian dari pembelajaran yang menyatu dengan kehidupan generasi muda Indonesia.