Festival Musik Patrol Lumajang & Lestarikan Kesenian Tradisional
Festival Musik Patrol Lumajang & Lestarikan Kesenian Tradisional kembali digelar untuk menyemarakkan bulan suci Ramadan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Acara tahunan ini menarik perhatian masyarakat yang ingin menikmati seni tradisional patrol yang khas dengan nuansa Ramadan. Ribuan warga tampak antusias menyaksikan festival ini, memenuhi ruas jalan di sekitar Alun-Alun Lumajang hingga meluber ke berbagai sudut kota.
Alunan musik tradisional yang khas berpadu dengan tarian dan irama bersemangat, menciptakan suasana yang penuh keceriaan. Setiap kelompok peserta menampilkan kreativitas mereka melalui pawai musik patrol sambil melantunkan senandung khas yang menggugah semangat. Keunikan dari dekorasi kendaraan pawai serta kostum para peserta yang penuh warna semakin menambah daya tarik festival ini. Tahun ini, sebanyak 17 kelompok turut serta dalam memeriahkan ajang budaya tersebut.
Festival patrol ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga memiliki tujuan yang lebih mendalam, yaitu mempererat tali persaudaraan serta melestarikan warisan seni dan budaya lokal, khususnya tradisi musik patrol. Ketua panitia penyelenggara, Gus Chusairi, menyampaikan bahwa festival ini telah mencapai tahun ke-20 sejak pertama kali diselenggarakan oleh Takmir Masjid Anas Mahfudz.
Festival Musik Patrol Lumajang Khas Ramadan
Menurutnya, acara ini bertujuan untuk menggali kreativitas generasi muda serta menjaga keberlangsungan musik patrol yang telah menjadi bagian dari tradisi Ramadan di berbagai daerah di Indonesia. “Festival ini tidak hanya menjadi wadah ekspresi seni bagi anak muda, tetapi juga sebagai bagian dari syiar Islam yang mengajak kebersamaan dalam kebudayaan,” ujar Gus Chusairi pada Sabtu (15/3).
Dalam festival ini, setiap kelompok peserta dinilai berdasarkan beberapa aspek, di antaranya harmonisasi alunan musik, kekompakan tim, serta kreativitas dalam penampilan. “Kriteria penilaian meliputi dekorasi kendaraan pawai dan kombinasi musik yang dibawakan oleh para peserta,” tambahnya.
Antusiasme masyarakat dalam menyaksikan festival ini juga terlihat dari berbagai tanggapan positif yang diberikan oleh para pengunjung. Salah seorang penonton, Titik Wulandari, mengungkapkan kegembiraannya dapat menyaksikan acara ini secara langsung. “Seru sekali, semoga tahun depan bisa lebih meriah lagi. Mungkin perlu ada sedikit penataan agar lebih nyaman bagi pengunjung,” ujarnya.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Anggi, seorang pengunjung lainnya, yang terkesan dengan keunikan musik patrol yang dimainkan dengan alat-alat tradisional. “Alunan musiknya sangat khas dan unik, terutama karena menggunakan alat musik tradisional dari bambu. Saya selalu menyempatkan diri untuk menonton festival ini setiap tahun,” katanya.
Keunikan festival ini memang terletak pada seni patrol itu sendiri, yang merupakan seni memainkan alat musik dari bambu dengan ritme yang khas. Dahulu, musik patrol digunakan oleh masyarakat untuk membangunkan sahur saat Ramadan, sekaligus sebagai sarana komunikasi dan hiburan. Dalam perkembangannya, patrol tidak hanya menjadi bagian dari tradisi sahur, tetapi juga menjadi media untuk memperkuat kebersamaan antargenerasi melalui musik.
Lestarikan Kesenian Tradisional
Selain sebagai ajang seni dan budaya, festival ini juga memiliki nilai sosial yang tinggi. Di beberapa daerah, musik patrol sering kali digunakan sebagai bagian dari patroli keamanan yang dilakukan oleh warga untuk menjaga lingkungan mereka tetap aman selama bulan Ramadan. Tradisi ini menunjukkan bahwa seni tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga memiliki peran dalam mempererat solidaritas sosial.
Pj Wali Kota Tarakan, Bustan, turut mengapresiasi antusiasme masyarakat serta dedikasi semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan festival ini. “Acara seperti ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi sarana untuk mempertahankan identitas budaya lokal. Kreativitas dan semangat masyarakat dalam melestarikan musik patrol patut diapresiasi,” ungkapnya.
Ke depan, diharapkan festival ini dapat terus berkembang dengan konsep yang lebih inovatif tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional yang telah menjadi ciri khasnya. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan komunitas budaya, sangat dibutuhkan agar tradisi ini dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang.
Dengan adanya festival musik patrol, Ramadan di Lumajang menjadi semakin semarak dengan nuansa budaya yang kental. Musik yang dulunya hanya digunakan untuk membangunkan sahur kini telah berkembang menjadi bagian dari identitas lokal yang dinantikan setiap tahunnya. Semoga festival ini dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya yang berharga.
Baca Juga : Dukung Pergerakan Musik Metal Amps Records Resmi Diluncurkan